Oleh
Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan
Iman kepada hari Akhir merupakan salah satu rukun iman. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi,
...dst. [Al Baqarah:177].
Sehingga kebaikan tidak akan tercapai kecuali dengan cara merealisasikan
iman kepada hari Akhir. Karena itulah, iman kepada hari Akhir memiliki
pengaruh yang besar terhadap diri manusia, baik di dunia maupun di
akhirat. Beriman kepada hari Akhir, dengan selalu mengingatnya dan
membenarkan peristiwanya, akan menambah keimanan dan ketakwaan
seseorang, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
الم ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ
وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ أُولَٰئِكَ
عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang
Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada kitab (Al
Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka,
dan merekalah orang-orang yang beruntung. [Al Baqarah:1-5].
Banyak nash yang menerangkan pengaruh dan urgensi iman kepada hari
Akhir. Allah telah membantu para hambaNya untuk beriman kepada hari
Akhir, yaitu dengan memberitahukan tanda-tanda yang mendahului
kedatangannya (alamatus sa’ah), baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi. Tanda-tanda yang sudah terjadi, berarti telah dirasakan oleh
umat manusia, sehingga bisa menambah keimanan dan keyakinan, dan
mendorong manusia untuk beramal shalih dan menjauhi hal-hal yang
mungkar.
Permasalahan tanda-tanda Kiamat ini sengaja diangkat, untuk mengingatkan
kita, karena kebanyakan orang telah melupakannya. Dengan mengetahui
adanya tanda-tanda hari Kiamat yang sudah terjadi, semoga menjadi
peringatan untuk selalu mengikuti petunjuk syariat Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Dan dalam tulisan ini, penulis memaparkan sebagian tanda-tanda
Kiamat yang sudah terjadi. Semoga bermanfaat.
Pertama : Diutusnya Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa
diutusnya Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai rasul terakhir
termasuk salah satu tanda-tanda Kiamat, artinya Kiamat itu sudah dekat,
karena Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan penutup para nabi.
Tidak ada lagi nabi sesudah Beliau. Beliau bersabda :
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ يَعْنِي إِصْبَعَيْنِ
Jarak antara pengangkatan aku sebagai Rasul dan hari Kiamat seperti
(jarak) dua ini. (Yaitu dua jarinya). [Riwayat Bukhari dan Muslim].
Dalam riwayat lain: “Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya”.
Ketika membahas tanda-tanda hari Kiamat, Imam Al Qurthubi menyatakan
bahwa tanda yang pertama ialah kemunculan Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam. Karena Beliau nabi akhir zaman. Antara Beliau dengan
hari Kiamat tiada nabi lagi.
Al Hafizh Ibnu Rajab menjelaskan, bahwa hadits di atas ditafsiri dengan
kedekatan masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan hari Kiamat,
seperti dekatnya jarak antara jari telunjuk dan jari tengah. Yakni,
setelah diutusnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka akan
ditutup dengan hari Kiamat tanpa ada nabi lagi. Rasulullah bersabda:
وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي
Dan aku adalah al hasyir, yaitu seluruh manusia akan dikumpulkan (pada hari Kiamat) sesudah masaku. [HR Bukhari dan Muslim].
Kedua : Terbelahnya Bulan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانشَقَّ الْقَمَرُ وَإِن يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ
Telah dekat (datangnya) saat (Kiamat) itu, dan telah terbelah bulan. Dan
jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat),
mereka berpaling dan berkata “(Ini adalah) sihir yang terus menerus. [Al
Qamar : 1-2].
Dalam menafsirkan ayat di atas, Al Hafizh Ibnu Katsir menyatakan bahwa
peristiwa terbelahnya bulan telah terjadi pada zaman Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits
yang mutawatir dengan sanad yang shahih. Para ulama telah sepakat bahwa
peristiwa tersebut merupakan salah satu mukjizat Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Abdullah bin Mas‘ud bercerita.
بَيْنَمَا نَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِمِنًى إِذَا انْفَلَقَ الْقَمَرُ فِلْقَتَيْنِ فَكَانَتْ فِلْقَةٌ
وَرَاءَ الْجَبَلِ وَفِلْقَةٌ دُونَهُ فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْهَدُوا
Ketika kami bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di Mina,
tiba-tiba bulan terbelah menjadi dua bagian. Satu bagian berada di
belakang atas gunung (Hira’) dan separoh lainnya (berada) sedikit di
bawahnya. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada
kami: “Saksikanlah.” [HR Bukhari dan Muslim].
Ketiga : Keluarnya Api Dari Wilayah Hijaz Yang Menyinari Punuk-Punuk Unta
Di Bushra (Wilayah Syam).
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَخْرُجَ نَارٌ مِنْ أَرْضِ الْحِجَازِ تُضِيءُ أَعْنَاقَ الْإِبِلِ بِبُصْرَى
Tidak akan terjadi hari Kiamat sebelum keluar api dari wilayah Hijaz
yang menyinari punuk-punuk unta di Bushra (Huran). [HR Bukhari dan
Muslim].
Imam An Nawawi berkata: “Pada zaman kita, api ini pernah muncul di
Madinah tahun 654 H. Apinya besar sekali, muncul dari sisi timur kota
Madinah, di belakang Hirra. Peristiwa ini juga diketahui oleh penduduk
Syam dan semua negeri. Dan penduduk Madinah yang menyaksikannya telah
menceritakannya kepadaku”.
Keempat : Banyaknya Kekacauan.
Banyak nash shahih yang menunjukkan, salah satu di antara tanda hari
Kiamat yaitu banyak terjadinya kekacauan, peperangan dan pembunuhan.
Juga munculnya banyak fitnah di tengah-tengah kaum muslimin yang
berbentuk perpecahan, yang berakhir saling mengkafirkan dan menfasikkan,
bahkan diakhiri dengan pembunuhan, merajalelanya kemaksiatan di
kota-kota dan desa-desa.
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَكْثُرَ
الْجَهْلُ وَيَكْثُرَ الزِّنَا وَيَكْثُرَ شُرْبُ الْخَمْرِ وَيَقِلَّ
الرِّجَالُ وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً
الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ
Sesungguhnya di antara tanda hari Kiamat adalah ilmu diangkat, kebodohan
muncul, perzinaan merajalela, minum minuman keras merebak luas, kaum
pria sedikit dan kaum wanita banyak hingga lima puluh orang wanita hanya
memiliki satu orang laki-laki yang menanggung urusan mereka. [HR
Bukhari dan Muslim].
Yang dimaksud dengan ilmu dalam hadits ini, ialah ilmu syariat. Yaitu
ilmu yang menunjukkan manusia ke jalan yang lurus, menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat, ilmu yang mengenalkan Allah beserta nama-nama dan
sifat-sifatNya, ilmu yang menunjukkan cara beribadah yang benar kepada
Allah, gambaran bermuamalah yang baik dengan sesama kaum muslimin, dan
lain-lain.
Dalam hadits lain, yang diriwayatkan Imam Bukhari, menerangkan proses terangkatnya ilmu, yaitu :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ
الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى
إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara langsung dengan
mengambilnya dari para hamba, tetapi dengan mewafatkan para ulama.
Sampai bila tidak menyisakan satu orang pun, maka manusia mengangkat
pemimpin yang bodoh. Mereka ditanya, maka mereka (tokoh-tokoh itu, Red)
memberi fatwa tanpa dasar ilmu, sehingga dia sesat dan menyesatkan.
Ulama memberikan beragam penafsiran tentang makna “ilmu diangkat”. Di
antaranya, yaitu “hilang dari hati kaum muslimin” atau “matinya para
ulama” atau “orang-orang menghafal Al Qur’an, tetapi tidak
mengamalkannya” atau “ilmunya tidak bermanfaat”.
Kesimpulan dari semua itu, maka yang tersisa kebanyakan adalah orang
yang jahil (tidak berilmu). Akibatnya, manusia mendaulat pimpinan orang
yang kosong dari ilmu, sesat dan sekaligus menyesatkan orang lain.
Karena, apabila orang itu ditanya, dia menjawabnya tanpa dasar ilmu.
Kemudian tentang menjamurnya perzinaan dan minuman keras, diakui atau
tidak, kedua kemaksiatan ini sudah menyebar di seluruh pelosok dunia,
kecuali daerah-daerah atau orang-orang yang mendapat rahmat dari Allah.
Bahkan keduanya telah menjadi komoditas perdagangan. Namun
alhamdulillah, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, bahwa
akan senantiasa ada sekelompok orang dari umat Islam yang berpegang
teguh kepada kebenaran sampai datangnya hari kiamat.
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لاَ
يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ
كَذَلِكَ
Senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang selalu berpegang teguh di
atas kebenaran. Orang yang enggan menolong mereka, tidak akan merugikan
mereka sampai datang keputusan Allah.
Maksudnya, sekalipun keadaan tidak menentu, mereka tetap berpegang teguh
dengan Al Qur’an dan Sunnah yang shahih dan mengikuti jejak para
salaful ummah (para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka).
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
memohon tiga hal kepada Allah untuk umatnya. Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam berkata (yang artinya) : Dan aku mohon kepada Rabb-ku untuk
umatku agar Allah tidak membinasakan mereka dengan wabah kelaparan yang
merata dan agar Allah tidak memberikan kemenangan kepada musuh sehingga
musuh dapat menguasai kaum muslimin. Dan Rabb-ku berfirman: “Wahai,
Muhammad! Jika Aku sudah menetapkan satu ketetapan, maka tidak akan
tertunda. Aku tidak akan membinasakan mereka (kaum muslimin) dengan
musibah kelaparan yang merata, dan Aku tidak akan memberikan kemenangan
kepada musuh sehingga bisa menaklukkan kaum muslimin, kendatipun mereka
bersatu dari seluruh penjuru dunia, sampai mereka sendiri saling
membinasakan dan saling melakukan penawanan”. Perkara yang aku
khawatirkan atas umaku adalah para imam (panutan) yang menyesatkan. Dan
jika pedang sudah terhunus, maka tidak akan disarungkan lagi sampai
Kiamat tiba. Dan Kiamat tidak akan terjadi sampai ada sebagian kelompok
dari umatku yang meniru kaum musyrik, dan sampai sebagian umatku
menyembah patung. Dan sesungguhnya akan muncul di tengah umatku tiga
puluh pendusta. Mereka mengklaim dirinya nabi, padahal aku adalah
penutup para nabi. Tidak ada nabi sepeninggalku. Dan tetap ada sebagian
kelompok dari umatku berada di atas al haq.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan bahwa doanya untuk
umatnya dikabulkan dalam dua perkara saja. Sedangkan yang ketiga tidak
diterima.
Beliau memberitakan:
1. Akan terjadi pertumpuhan darah di antara umatnya. Dan kalau sudah terjadi, maka tidak akan berakhir sampai hari Kiamat.
2. Sebagian umatnya akan menghancurkan sebagian yang lain, dan akan saling menawan
Bagaimanakah kalau fitnah tersebut terjadi? Kita, umat Islam harus
berhati-hati, harus menghindari fitnah tersebut, sebagaimana disebutkan
dalam hadits bahwa yang berjalan lebih baik daripada yang berlari, yang
duduk lebih baik daripada berjalan, dan seterusnya.
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا
خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي
وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي وَمَنْ يُشْرِفْ لَهَا
تَسْتَشْرِفْهُ وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: “Akan terjadi banyak fitnah. Pada masa itu, orang
yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri. Orang yang berdiri
lebih baik daripada orang berjalan. Orang yang berjalan lebih baik
daripada orang berlari. Barangsiapa yang melawannya, ia akan tergilas.
Barangsiapa menemukan tempat berlindung, maka hendaklah ia berlindung
diri di sana. [HR Bukhari].
Selain itu, ada hadits dari Hudzaifah bin Al Yaman, dia menceritakan :
Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang keburukan karena
khawatir akan menimpaku. Aku bertanya, “Wahai, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam! Kami dulu berkubang dalam kejahiliyahan dan
kejelekan, lalu Allah memberikan kebaikan (Islam) ini, akankah ada lagi
kejelekan kebaikan ini?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab,”Ya.” Aku bertanya lagi,”Apakah akan ada lagi kebaikan setelah
kejelekan itu?” Beliau menjawab,”Ya, tapi sudah tercampur dakhan
(kekeruhan).” Aku bertanya,”Apa dakhannya?” Beliau menjawab,”Satu kaum
yang mengambil petunjuk bukan dari petunjukku. Engkau mengenali dan
mengingkari kondisi mereka”. Aku bertanya,”Akankah ada keburukan lagi
setelah kebaikan itu?” Beliau menjawab,”Ya. Yaitu para juru dakwah yang
mengajak ke pintu jahannam. Barangsiapa yang menjawab panggilan mereka,
maka akan tercampakkan ke dalam jahannam.” Aku berkata,”Wahai,
Rasulullah! Jelaskan ciri mereka kepada kami!” Beliau bersabda,”Mereka
berasal dari kita sendiri dan mereka berbicara dengan bahasa kita.” Aku
bertanya,”Jika aku menjumpai masa itu, apa yang engkau perintahkan
kepadaku?” Beliau menjawab,”Tetaplah bersama jama’ah kaum muslimin dan
imam mereka.” Aku bertanya,”Jika mereka tidak memiliki jama’ah pun juga
imam?” Beliau menjawab,”Tinggalkannlah semua firqah-firqah itu, meskipun
akhirnya engkau terpaksa mengkonsumsi akar pohon sampai ajal menjemput,
sementara engkau tetap teguh atas jalan itu.”
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini, bahwa nanti setelah
terangnya cahaya kebenaran Islam akan datang asy-syar (keburukan,
fitnah).
Dalam Fathul Bari dijelaskan, yaitu diawali dengan terbunuhnya Utsman
Radhiyallahu 'anhu dan dampak yang muncul karena pembunuhan tersebut.
Tetapi setelah itu akan ada kebaikan, tetapi dalam kebaikan itu ada
dakhan (kekeruhan). Dalam Fathul Bari disebutkan, maknanya bagus tetapi
kotor, baik itu berupa kondisi umum maupun hati di antara mereka yang
tidak bersih. Pada waktu itulah, ada pemimpin atau dai yang memberikan
petunjuk tetapi tidak sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam. Ini dalam suasana yang baik. Barangsiapa yang
menjumpai dan mengetahuinya, maka harus bara’ (berlepas diri) dan
membencinya.
Setelah itu, Hudzaifah pun masih bertanya lagi : “Apakah setelah
kebaikan itu ada kejelekan?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab,”Ya ada, tetapi di situ ada penyeru yang mengajak kepada
kesesatan. Diumpamakan dengan berdiri di pintu neraka karena mengajak
kepada hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Siapa
yang mengikuti akan dimasukkan ke dalamnya.” Hudzaifah bertanya
lagi,”Mereka itu siapa, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Mereka
itu dari kaum kita, berbicara dengan bahasa kita, seagama dengan kita,
bisa dari Arab atau bani Adam. Dzahirnya Islam, tetapi batinnya
menyelisihi Islam (menghancurkan Islam dari dalam).” Hudzaifah bertanya
lagi,”Jika kami menjumpai yang seperti itu, maka bagaimana, wahai
Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab,”Bergabunglah dengan jama’ah kaum muslimin dan imam mereka
-sekalipun imam yang fajir yang berbuat kejam kepada kita, mengambil
harta kita, kita tetap setia dan taat.”
Demikianlah yang dilakukan oleh generasi Salaf terhadap Al Hajjaj bin Yusuf.
Dan yang dimaksud dengan jamaah di sini, ada yang mengatakan jama’ah
kaum muslimin karena tidak mungkin umat Muhammad bersatu dalam
kesesatan, atau jama’ah sahabat atau ahlul ilmi karena sebagai hujjah
bagi manusia, atau bergabung (berpegang) kepada al haq sebagaimana
dikatakan Imam Malik :
الـجَمَاعَةُ مَعَ الـحَقِّ وَلَوْ كُنْتَ وَحْدَكَ
Jamaah (adalah) bersama al haq (kebenaran) meskipun engkau sendiri.
Lalu, bagaimana kalau tidak ada kedua-duanya? Tinggalkan semua firqah
(para duat yang mengajak kepada kesesatan) yang masing-masing mengajak
kepada golongannya, dan gigitlah akar pohon sampai kamu meninggal, itu
lebih baik daripada mengikuti mereka. Ini kinayah (kiasan) betapa
beratnya berpegang teguh dengan Sunnah dalam situasi yang seperti
sekarang ini.
Kelima : Keluarnya Para Dajjal Pendusta Yang Mengaku Sebagai Nabi.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
وَأنه سَيَكُونُ فِي أُمَّتِـي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُوْنَ أَنَّهُ نَبِيٌّ )رَوَاهُ أَبـُو دَاوُد
Akan ada pada umatku tiga puluh pendusta, semuanya mengaku sebagai nabi [HR Abu Dawud].
Ini sudah terjadi, kecuali dajjal yang terakhir. Sebagai misal :
1. Al Aswad Al Ansi di Yaman. Muncul pada masa-masa akhir kehidupan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada akhirnya ia dibunuh oleh
kaum muslimin di benteng persembunyiannya.
2. Thulaihah bin Khuwalid Al Asadi. Mengaku sebagai nabi pada masa
Rasulullah n masih hidup. Tidak sempat dibunuh hingga masih bertahan
hidup pada masa Khalifah Abu Bakar. Ia lari ke Syam lalu masuk Islam.
Kemudian dia ikut perang dan menemui syahid, insya Allah.
3. Musailamah Al Kadzdzab pada tahun 9 H. Dia datang kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersama jamaahnya dan kembali ke Yamamah
lalu murtad dan mengaku sebagai nabi. Ia binasa di tangan Wahsi bin
Harbz pada zaman Khalifah Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu.
4. Sujjah binti Al Harits. Asalnya Nashara dan mengaku sebagai nabi.
Kemudian ia bertemu dengan Musailamah Al Kadzdzab dan menjadi istrinya.
Setelah Musailamah terbunuh, dia kembali ke negerinya, kemudian masuk
Islam dan mati dalam keadaan Islam di Bashrah.
Pada zaman Tabi’in :
1. Al Mukhtar bin Abi Ubaid Ats Tsaqafi. Orang ini sebelumnya penganut
Syi’ah kemudian mengaku sebagai imam dengan nama Muhammad bin Hanifah.
Ia mengaku bahwa Jibril menurunkan wahyu kepadanya. Dia terbunuh di
Kufah.
2. Al Harits bin Sa’id Al Kadzdzab di Damaskus pada zaman Khalifah Abdul
Malik bin Marwan. Setelah beritanya sampai ke telinga Khalifah,
keberadaannya langsung dilacak, lalu dibawa menghadap beliau. Kemudian
Khalifah mendatangkan para ulama untuk menasihatinya, tetapi ia menolak.
Maka Khalifah pun menyalibnya.
Pada zaman mutakhir ini, muncul di India seorang laki-laki yang bernama
Mirza Gulam Ahmad Al Qadiyani. Ia mengaku mendapatkan wahyu dari langit
dan mengaku sebagai nabi. Atau oleh para pengikutnya dikatakan sebagai
mujaddid (pembaharu). Pengikutnya mashur dengan nama Ahmadiyah.
Para dajjal yang disebutkan di atas hanyalah sebagian saja. Satu per
satu akan muncul, baik berbentuk perdukunan atau pengobatan alternatif,
atau apa saja yang intinya mengaku mendapat wahyu dari Allah. Dan yang
terakhir nantinya ialah Al Masih Ad Dajjal Al A’war.
Keenam : Banyak Terjadi Gempa Bumi.
لاَ تـَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضُ الْعِلْمُ وَيَكُْثرُ الزَّلَازِلُ ) رَوَاهُ البُخَارِي
Tidaklah hari Kiamat itu akan tiba sampai ilmu tercabut dan banyak terjadi gempa bumi. [HR Bukhari].
Demikian penjelasan singkat mengenai tanda datangnya hari Kiamat yang
harus kita imani. Hendaklah kaum muslimin memperhatikan dan
mempersiapkan diri untuk menyongsongnya. Dunia adalah ladang beramal
sementara akhirat tempat penilaian amalan. Orang yang merugi adalah
manusia yang tidak waspada dalam kehidupan duniawinya.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1425H/2004.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar